Berbagi inspirasi dari apa yang dibaca, didengar, dan didapatkan. Menjadi
baik itu mudah bukan?
Saya tertular untuk berbagi inspirasi dari seseorang, harapannya
saya juga bisa menularkan ke orang lain agar menjadi proyek amal yang tak
terputuskan. Baik, kembali ke insiprasi hari ini.
Sabtu lalu masih dalam momentum silaturahmi setelah lebaran, saya
menghadiri halal bi halah dan kajian akbar PDM Muhammadiyah yang bertempat di IPHI
Sukoharjo. Singkat cerita sampailah hingga kajian akbar, saya terkadang tidak
mendengarkan seksama dari apa yang disampaikan penceramah, karena saya bukan tipe
pendengar yang baik, tapi saya tetap berusaha untuk be a good listener.
Penceramah kali ini menceritakan tentang kisah ‘Sa’ad As Sulaim’ sang pengantin surga. Seorang
tokoh pemuda diantara sahabat Rasul yang berasal dari keluarga bani Sulaim,
namun ia berkulit hitam, pendek, dan tak memiliki rupa yang menawan hingga
akhirnya keluarga menolak mereka.Suatu hari ia datang menghadap Rasulullah saw, “Ya
Rasulallah, apakah hitamnya kulit dan buruknya wajahku dpt menghalangiku masuk
surga?”.“Tidak, selama engkau yakin kepada Rabbmu dan membenarkan Rasul dan
risalah yang dibawany” jawab Rasulullah saw.
Kemudian Julabib menegaskan,“Demi
Allah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak disembah selain
Allah & kau hamba & Rasul-Nya”. Akan tetapi “Ya Rasulullah, aku mencoba
melamar wanita yang ada di sekitar sini & yang jauh dari sini, mereka semua
menolakku.” keluh Julabib.
Lalu Rasulullah saw mengungkapkan,
“Wahai kekasihku Julabib, Maukah engkau aku nikahkan dengan seorang wanita yang
pandai dan cantik? Tahukah kau rumah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif? Ia adalah
org yang baru masuk Islam & memiliki putri yang pandai & cantik.” Jelas
Rasul. Rasululullah terus melanjutkan, “Datanglah ke rumahnya dan katakan bahwa
aku melamarkan putrinya untukmu”.
Dengan gembira Julabib ke rumah Amr
bin Wahb ra. Setelah memberi salam ia berkata, “Betulkah Tuan yg bernama Amr
bin Wahb dari bani Tsaqif?”
“Ya, betul” jawab Amr bin Wahb,
“Siapa Anda? Dan apa keperluan Anda datang menemuiku?”
“Aku Sa’ad As-Sulami dari bani
Sulaim, aku datang karena diutus oleh Rasulullah untuk melamar putrimu.” jawab
Julabib. Keluarga Amr bin Wahb amat senang mendengar berita itu, karena ia
mengira bahwa Rasulullah yang melamar putrinya. Maka Julabib pun menjelaskan,
“Bukan begitu tuan tetapi beliau saw. memintamu untuk menikahkan aku dengan
putrimu.” Amr bin Wahb pun terkejut dan berkata, “Kamu pasti berdusta!”. Mendengar
ucapan yg keras, Julabib pergi dengan wajah murung menemui Rasulullah.
Sementara itu putri Amr bin Wahb
yang mendengar percakapan berkata pada Ayahnya, “Hai Ayah, carilah selamat,
carilah selamat! Jangan sampai Allah dan Rasul-Nya murka dan kau akan
dipermalukan dengan turunnya ayat dari langit tentang perbuatanmu ini.” “Jika
Allah dan Rasul-Nya rela aku menikah dengan orang itu, maka akupun rela menikah
dengannya.” ucap putri Amr bin Wahb.
Amr bin Wahb pun bergegas pergi
mengejar, dan segera menemui Rasulullah. Hingga keduanya menghadap kepada
Rasulullah.Kemudian Rasulullah saw bertanya, “Inikah orang yang menolak lamaranku
untuk kekasihku Julabib?” Amr bin Wahb mengakui, “Benar ya Rasul, maafkan
kekhilafanku karena aku mengira ia telah berdusta.” Lanjut Amr bin Wahb, “Jika
memang engkau yang memerintahkan, maka aku rela menikahkan putriku dengan
pemuda dari bani Sulaim ini.”
Seketika itu Rasulullah saw. pun
memimpin pernikahan Sa’ad As-Sulami (Julabib) dengan putri dari Amr bin Wahb
bani Tsaqif. Kemudian Rasulullah saw. berkata pada Julabib, “Pergilah pada
beberapa orang Muhajirin, datanglah kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman dan
Ali.” Maka Julabib mendatangi mereka semuanya, Abdurrahman bin Auf r.a. memberi
(semacam diberi sangu/hadiah) bahkan dilebihkan, Utsman bin Affan r.a. memberi
serta melebihkan, begitu pun ‘Ali bin Abi Thalib r.a. memberi bahkan
melebihkan.
Julabib telah mendapatkan ratusan
dirham. Kemudian ia pergi ke pasar untuk membeli mas kawin, dan beberapa
pakaian untuk hadiah kepada istrinya yang belum sempat ditemui. Tiba2 terdengar
seruan,“Wahai kuda-kuda Allah, bergeraklah, bergeraklah!” tanda seruan utk berjihad.
Julabib menanatap ke langit,
berkata, “Ya Allah, kecantikan istriku mungkin takkan sebanding dengan
kecantikan surgaMu, ku penuhi panggilan jihadMu”.
Maka Julabib mengembalikan semua
belanjaannya, dan membeli baju besi dan kuda serta tameng untuk berperang dan
segera dikenakannya. Ketika tiba dalam barisan, Rasul saw mulai mengabsen satu
persatu setiap barisannya. Nampak Julabib yang menghindar dari pandangan Rasul
saw. Mungkin Julabib khawatir jika Rasulullah mengetahui keikut-sertaannya,
Rasul akan menyuruhnya pulang menemui istrinya terlebih dahulu.
Melihat perbuatan Julabib, Rasul
tersenyum. Saat Julabib menyingsingkan lengannya, rupanya Beliau saw. tahu
bahwa itu adalah Julabib, seorang pemuda yang baru saja menikah tetapi belum
bertemu dengan istrinya. Tetapi Rasul membiarkannya. Tatkala peperangan
terjadi, Julabib maju dengan bersemangat, ia bergerak dengan lincah, hantam ke
kiri dan ke kanan, hingga kudanya kelelahan. Ia pun turun dari kudanya dan
terus bergerak maju dan maju. Hingga akhirnya peperangan usai.
Ketika pasukan kembali dari medan
jihad, Rasulullah saw bertanya, “Di mana kekasihku Julabib?”.
Para sahabat hanya saling pandang
seraya bertanya-tanya siapakah Julabib yang dimaksud Rasul?
Rasulullah mengulang kembali
pertanyaannya “Di mana kekasihku Julabib?” seraya berkaca-kaca. Tiga kali
pertanyaan itu diungkapkan Rasul, namun tak ada seorang pun yang tahu tentang
kabar dan keberadaan Julabib.
Pasukan pun kembali ke medan jihad
mencari Julabib. Rupanya Julabib telah syahid. Kemudian Rasul berjalan menuju
jasad Sa’ad As-Sulami (Julabib), diletakkan kepalanya dipangkuannya dan
dibersihkannya dari debu dengan kain. Lantas Rasulullah saw menangis, kemudian
tersenyum, dan kemudian memalingkan wajahnya yang telah memerah. Maka
ditanyakanlah, “Ya Rasulullah, tadi kami melihat engkau begini, begini, dan
begini (menangis, tersenyum, lalu memalingkan wajah)?”
Beliau Rasulullah menjawab, “Aku
menangis karena aku akan merindukan seorang Sa’ad As-Sulami (Julabib). Kemudian
aku tersenyum karena ia sudah menggenapkan separuh agamanya (nikah), hingga aku
melihat ia telah berada di tepian telaga jernih yang tepiannya terbuat dari
intan & permata (surga). Lalu aku memalingkan wajah karena melihat bidadari
berkumpul berlarian menghampiri Julabib, sedang gaunnya tersingkap hingga aku
melihat betisnya. Aku malu melihatnya, karena bidadari itu hanya milik
Julabib.”
Sang Pengantin Surga pun telah
syahid.
Dan penceramah itu memberikan closing dengan pertanyaan yang
sangat mengejutkan, “Bapak bapak, dan para kawula muda di sini Rasulullah
memalingkan muka melihat betis para bidadari tersingkap, yang saya mau tanyakan
itu, apakah kalian memalingkan atau melotot? Wassalamu’alaikum”. Seketika itu
ruangan penuh dengan suara salam dan tawa para hadirin.
#30DWC7#Day20
Sukoharjo, 25 Juli 2017
14:46 WIB