Label

Senin, 31 Juli 2017

Badai pasti berlalu

Semilir angin malam membuat suasana ini semakin sahdu, ada kisah yang tak harus diceritakan kepada manusia, cukup Allah menjadi pendengar setia dalam setiap bisikan doa yang dipinta.

Tapi, mahkluk bernama wanita itu tak sanggup jika tak bercerita, setegar apapun wanita tetap butuh tempat untuk menuangkan kata kata yang dimilikinya, membutuhkan bahu untuk bersandar, mencari pendengar dalam kesahnya.

Semilir angin ini menjadi saksi bisu seorang wanita tegar dihadapkanku, perjalanan cintanya, hidupnya, membuat ku berfikir bahwa masalah yang aku miliki belum ada apa-apanya.

Semilir angin menguatkan wanita ini, setiap hembusannya memberikan kekuatan dalam batin sang wanita, dengan tatapan tajam dan kalimat keluar dari mulutnya menunjukkan ia harus bertahan dan terus memperbaiki diri.

Semilir angin berhembus walau kalimat yang keluar dari mulutnya berapi serta penuh emosi tapi angin tetap menyapa lembut wajahnya, membuatnya semakin anggun bersahaja.

Malam ini, semilir angin menjadi pelengkap suasana yang tepat. Ada harap dan doa yang disematkan dalam ceritanya, ia telah memahami firmanNya "Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuannya". Ia menerawang kelak akan ada kemudahan setelah datang kesusahan.

Seperti nahkoda menghadapi badai laut, ia harus tetap melindungi kapalnya dan mencapai tujuannya.

Seberat apapun masalah manusia ia harus kuat menghadapinya, bukankah semakin tinggi pohon tumbuh makan semakin kencang angin yang berhembus?

Wajahnya melukiskan sebuah pesan untukku, tetap semangat kawan hidup masih panjang dan penuh perjuangan, tak selamanya badai menghantam sebuah kapal, adakalanya badai berubah menjadi pelangi yang indah, perlu kau ingat badai pasti berlalu.

#30DWC7#Day26
Sukoharjo, 31 Juli 2017
23:57 WIB

Minggu, 30 Juli 2017

Melayani sepenuh hati

Apapun itu usahanya melayani pelanggan dengan sepenuh hati adalah hal yang dicari oleh para pelanggan.

Pelayanan yang sempurna saya temui pada pengrajin sol sepatu, sudah cukup lama saya mengamati pengrajin tersebut, setiap saya melewati kios kecil miliknya pasti selalu ada satu atau dua orang yang menunggu sepatunya yang sedang digarap.

Hari sebelumnya saya telah mencari sepatu yang ingin saya sol dan akhirnya hari ini saya bertemu dengan pengrajin itu. Benar satu jawaban terjawab, mengapa kios kecil ini tak pernah sepi dari pelanggan? Pelayanan yang diberikan oleh pemilik serta pengrajin kios ini sangat dahsyat. Saya salut dengan orang yang melayani sepenuh hati, itu berarti dia sangat memuliakan tamu.

Pelayanan sederhana jika berkesan akan terus dikenang oleh pelanggan, hanya diberi tempat duduk yang nyaman dan diajak ngobrol dengan berbagai macam bahan obrolan, menjadikan menunggu sepatu tidak membosankan.

Dalam hal apapun melayani tamu dan pelanggan dengan baik itu sangat dianjurkan, dikatakan dalam sebuah hadits "barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu". Tapi ingat tamu dan pelanggan yaa bukan mantan, kecuali kalau dia datang ngajak ke pelaminan ehh.


#30DWC#day25
Sukoharjo, 30 Juli
22:46 WIB

Sabtu, 29 Juli 2017

Pantai rasa tahu bulat

Tema : Air
“nenek moyangku seorang pelaut”, begitulah bait lagu yang pas untuk keluarga kami, entah kakek dari bapak atau mama semua adalah orang laut, daerah yang cukup terkenal dengan orkes dangdut asal pantura, please, saya bukan penikmat dangdut.

****

Alkisah, negara Indonesia merupakan negara makmur gemah ripah loh jinawi, inilah paparan negeri indonesia salah satunya berada di desa Bedono, Kota Demak. Sepasang kaki kecil berlarian diatas rumput hijau segar, merasa bebas melepaskan lelahnya kehidupan kota. “mbak, ayoo pulang sudah mau maghrib, belum mandi kan?” “iyaa, makdhe sebentar”. Sengaja aku tidak langsung menghampiri makdhe karena aku ingin menjadi penikmat senja sore ini, semburat lukisan alam yang bisa aku nikmati hanya pada moment lebaran seperti ini, semakin bertambah usiaku, aku menyadari ternyata aku adalah penikmat senja. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan rumput yang luas, sesekali terlihat bayangan seseorang  melewati jalan setapak, “tinggal menunggu hitungan detik, maka akan tercipta lukisan tuhan yang menakjubkan”. Gumamku dalam hati.

****

Aku sang penikmat senja tak bisa lagi membaringkan tubuh diatas rumput hijau lembut itu lagi, delapan tahun lamanya tak pernah melakukan hal itu di desa tercinta ini. Saat ini sejauh mata memandang hamparan rumput hijau telah berganti dengan hamparan air payu, kapal kapal kayu yang dulu hanya ada di tambak kini terpakir di depan setiap rumah, jika kalian pernah mengunjungi kota semarang maka kalian akan tahu istilah banyu rob, pasang surut air laut untuk pantai jawa utara sudah harus diperhatikan, beberapa tetangga desa daerah kami melakukan bedol desa karena tak mampu lagi menjalani hidup yang mendadak pantai.

****

Sekarang akupun terbiasa dengan pantai rasa tahu bulat atau pantai dadakan hehe, ketika lebaran tiba kami menguji andrenalin dengan mengendarai mobil, jalan yang kita lalui hanya bisa dilalui oleh satu mobil dan disamping kanan kiri jalan adalah hamparan air, masih merasa tenang jika jalan itu lurus beraspal tapi ternyata tidak jalan ini terjal tak beraturan, akan semakin berdebar lagi ketika dari arah berlawanan sebuah mobil berjalan, maka salah satu dari kami mundur dan mencari tempat untuk bergeser.

****

“wahh ada ombak kecil, mendadak pantai ni” aku masih merasa girang ketika air datang. Sambil bermain air, terkadang ikan berenang melalui kakiku dan tak lama kemudian air tadi sudah menutup hingga betis orang dewasa dan tidak ada yang tahu kapan pantai dadakan itu normal surut kembali bisa jadi sehari selesai, setengah hari, atau jika keadaan rob besar maka bisa hingga dua hari, sudah menjadi hal yang biasa bagi warga desa Bedono merasakan sensasi tidur diatas air, karena merupakan tanah kelahiran, banyak penghuni desa ini yang menolak ajakan sanak familinya untuk pindah, mereka lebih nyaman dengan kehidupan seperti ini.

****

Yaa inilah kampung nenek moyang saya, mendadak pantai ini selalu saya gunakan sebagai hiburan atas penatnya kegiatan harian, karena sensasi tidur diatas air yang dulu pernah saya bayangkan layaknya sulaiman dan bilqis hidup di atas istana air ternyata bisa menjadi nyata, yang membedakan adalah saya belum ada rajanya hehe.

****

Air hanya mengalir mengikuti alirannya, tapi manusialah yang bisa menjadikan ia tak mengalir selayaknya.

#30DWC7#Day24
Sukoharjo, 29 Juli 2017
23:18 WIB

Jumat, 28 Juli 2017

Nasehat warisan mama

Nak, kau tahu? Kakekmulah seorang laki laki yang menjadi cinta pertama ibu, tatapan yang tegas dan sendu selalu menjadi kekuatan ibu saat itu, setiap kata yang keluar dari mulut selalu menenangkan hati ibumu, kasih sayang yang ia berikan tak bisa dikalahkan oleh siapapun setelah limpahan kasih sayang Allah.


Saat itu pundaknya lah yang selalu ibu jadikan sandaran, ketika ibu terbebani dengan berbagai macam rasa, pundaknya lah yang menjadi tempat bersandar Paing nyaman, tempat meneteskan air mata kebahagiaan dan kesedihan setelah sajadah panjang terbentang di sepertiga malam.

Angan ibu cukup susah, untuk menentukan siapa lelaki yang akan datang menggantikan pundak yang nyaman itu, menggantikan nasehat yang menenangkan.

Saat ini mendekati Sang pembolak balik hati dan terus memperbaiki diri adalah hal yang terbaik untuk mendapatkan sosok seperti kakekmu. Hingga akhirnya sejuta cinta ibu, ibu berikan kepada ayahmu, dialah lelaki pilihan ibu, setelah kakekmu.







#30DwC7

Kamis, 27 Juli 2017

Sang juara

Berlari mengejar mimpi, bergerak mewujudkan keinginan hingga mendapat ridho ilahi.

Inilah yang sedang mereka kejar, karena mereka yakin usaha tak pernah mengkhianati hasil, jangan pernah putus asa kegagalan itu awal kunci kesuksesan. Hal seperti ini sudah tertanam dalam sanubari para siswa-siswi SMP Muh Al Kautsar PK.

Kegiatan peningkatan rasa percaya diri untuk menumbuhkan semangat fastabiqul khoirot, salah satunya ialah pelatihan da'i, kegiatan yang di adakan setiap senin sampai kamis sore hari ini menjadi ajang unjuk diri para pejuang, menanamkan mental menjadi juara dengan cara usaha dan doa.

Selain da'i juga terdapat pertunjukan lain seperti baca puisi, bernyanyi, stand up comedy, story telling dll.

Tak hanya tampil di depan teman temannya, bagi siswa dan siswi yang dinilai mampu menyampaikan dengan baik dan benar akan digilir untuk menjadi agen of change, seorang agen dari sekolah yang dikirim untuk menyebarkan kebaikan pada masyarakat sekitar.

Menjadi seorang pendidik harus terus memutar otak bagaimana menjadikan siswa memiliki keberanian yang tetap dalam lingkup iman, adab dan ilmu di kehidupan mereka.

*Catatan kecil pengajar muda
#30DWC7#Day22

Rabu, 26 Juli 2017

Fenomena brukutan kok ternyata blak-blakan


Rutinitas pagi yang hampir sama membuat berfikir untuk melakukan sesuatu baru agar terasa lebih hidup dan bertambah berkah, mencari berkah dari menulis, yang orang bilang dengan menulis kau akan abadi. Setelah ikut 30 DWC sekarang mulai membiasakan diri setiap dapat inspirasi grab and write.

Seperti biasa dengan motor matic kesayangan, saya berangkat ke sekolah. Jalanan nampak ramai karena pergantian shift buruh pabrik, dengan perlahan dan sesekali berhenti saya mengamati para pengendara sepeda motor. Mata saya menangkap salah satu motor pengendara yang dikendarai oleh dua orang siswi SMP luar negri (dibaca : swasta).

Sebagai pendidik hati teriris menyaksikan fenomena ini, dua orang siswi yang berboncengan menggunakan jilbab yang terjulur di kepalanya kalau orang jawa sebut 'brukutan' karena tertutup dengan rapi, namun sangat disayangkan siswi yang membonceng dibelakang duduk menghadap kedepan dengan menyingkap roknya sampai sepertiga badan, hingga bawahnya sudah blak-blakan, paha terpampang menunggu untuk digoda lelaki hidung belang.

Saya siapa? Kenal saja tidak, tapi hati ini teriris ketika menyaksikan fenomena yang sudah banyak dilakukan siswi-siswi saat ini. Ingin rasanya saya menarik rok mereka turun atau memukul paha mereka. Untuk para pendidik entah itu guru apalagi orang tua ataupun calon orang tua, mari beri pendidikan yang terbaik untuk anak anak kita, anak adalah calon investasi terbesar di akhirat untuk para orang tua.

*Catatan kecil pengajar muda

#30DWC7#Day21

Sukoharjo, 26 Juli 2017
21:20 WIB

Selasa, 25 Juli 2017

Share our inspiration

Berbagi inspirasi dari apa yang dibaca, didengar, dan didapatkan. Menjadi baik itu mudah bukan?
Saya tertular untuk berbagi inspirasi dari seseorang, harapannya saya juga bisa menularkan ke orang lain agar menjadi proyek amal yang tak terputuskan. Baik, kembali ke insiprasi hari ini. 

Sabtu lalu masih dalam momentum silaturahmi setelah lebaran, saya menghadiri halal bi halah dan kajian akbar PDM Muhammadiyah yang bertempat di IPHI Sukoharjo. Singkat cerita sampailah hingga kajian akbar, saya terkadang tidak mendengarkan seksama dari apa yang disampaikan penceramah, karena saya bukan tipe pendengar yang baik, tapi saya tetap berusaha untuk be a good listener.

Penceramah kali ini menceritakan tentang kisah ‘Sa’ad As Sulaim’ sang pengantin surga. Seorang tokoh pemuda diantara sahabat Rasul yang berasal dari keluarga bani Sulaim, namun ia berkulit hitam, pendek, dan tak memiliki rupa yang menawan hingga akhirnya keluarga menolak mereka.Suatu hari ia datang menghadap Rasulullah saw, “Ya Rasulallah, apakah hitamnya kulit dan buruknya wajahku dpt menghalangiku masuk surga?”.“Tidak, selama engkau yakin kepada Rabbmu dan membenarkan Rasul dan risalah yang dibawany” jawab Rasulullah saw.
Kemudian Julabib menegaskan,“Demi Allah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada ilah yg berhak disembah selain Allah & kau hamba & Rasul-Nya”. Akan tetapi “Ya Rasulullah, aku mencoba melamar wanita yang ada di sekitar sini & yang jauh dari sini, mereka semua menolakku.” keluh Julabib.

Lalu Rasulullah saw mengungkapkan, “Wahai kekasihku Julabib, Maukah engkau aku nikahkan dengan seorang wanita yang pandai dan cantik? Tahukah kau rumah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif? Ia adalah org yang baru masuk Islam & memiliki putri yang pandai & cantik.” Jelas Rasul. Rasululullah terus melanjutkan, “Datanglah ke rumahnya dan katakan bahwa aku melamarkan putrinya untukmu”.

Dengan gembira Julabib ke rumah Amr bin Wahb ra. Setelah memberi salam ia berkata, “Betulkah Tuan yg bernama Amr bin Wahb dari bani Tsaqif?”
“Ya, betul” jawab Amr bin Wahb, “Siapa Anda? Dan apa keperluan Anda datang menemuiku?”
“Aku Sa’ad As-Sulami dari bani Sulaim, aku datang karena diutus oleh Rasulullah untuk melamar putrimu.” jawab Julabib. Keluarga Amr bin Wahb amat senang mendengar berita itu, karena ia mengira bahwa Rasulullah yang melamar putrinya. Maka Julabib pun menjelaskan, “Bukan begitu tuan tetapi beliau saw. memintamu untuk menikahkan aku dengan putrimu.” Amr bin Wahb pun terkejut dan berkata, “Kamu pasti berdusta!”. Mendengar ucapan yg keras, Julabib pergi dengan wajah murung menemui Rasulullah.

Sementara itu putri Amr bin Wahb yang mendengar percakapan berkata pada Ayahnya, “Hai Ayah, carilah selamat, carilah selamat! Jangan sampai Allah dan Rasul-Nya murka dan kau akan dipermalukan dengan turunnya ayat dari langit tentang perbuatanmu ini.” “Jika Allah dan Rasul-Nya rela aku menikah dengan orang itu, maka akupun rela menikah dengannya.” ucap putri Amr bin Wahb.

Amr bin Wahb pun bergegas pergi mengejar, dan segera menemui Rasulullah. Hingga keduanya menghadap kepada Rasulullah.Kemudian Rasulullah saw bertanya, “Inikah orang yang menolak lamaranku untuk kekasihku Julabib?” Amr bin Wahb mengakui, “Benar ya Rasul, maafkan kekhilafanku karena aku mengira ia telah berdusta.” Lanjut Amr bin Wahb, “Jika memang engkau yang memerintahkan, maka aku rela menikahkan putriku dengan pemuda dari bani Sulaim ini.”

Seketika itu Rasulullah saw. pun memimpin pernikahan Sa’ad As-Sulami (Julabib) dengan putri dari Amr bin Wahb bani Tsaqif. Kemudian Rasulullah saw. berkata pada Julabib, “Pergilah pada beberapa orang Muhajirin, datanglah kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman dan Ali.” Maka Julabib mendatangi mereka semuanya, Abdurrahman bin Auf r.a. memberi (semacam diberi sangu/hadiah) bahkan dilebihkan, Utsman bin Affan r.a. memberi serta melebihkan, begitu pun ‘Ali bin Abi Thalib r.a. memberi bahkan melebihkan.

Julabib telah mendapatkan ratusan dirham. Kemudian ia pergi ke pasar untuk membeli mas kawin, dan beberapa pakaian untuk hadiah kepada istrinya yang belum sempat ditemui. Tiba2 terdengar seruan,“Wahai kuda-kuda Allah, bergeraklah, bergeraklah!” tanda seruan utk berjihad.
Julabib menanatap ke langit, berkata, “Ya Allah, kecantikan istriku mungkin takkan sebanding dengan kecantikan surgaMu, ku penuhi panggilan jihadMu”.

Maka Julabib mengembalikan semua belanjaannya, dan membeli baju besi dan kuda serta tameng untuk berperang dan segera dikenakannya. Ketika tiba dalam barisan, Rasul saw mulai mengabsen satu persatu setiap barisannya. Nampak Julabib yang menghindar dari pandangan Rasul saw. Mungkin Julabib khawatir jika Rasulullah mengetahui keikut-sertaannya, Rasul akan menyuruhnya pulang menemui istrinya terlebih dahulu.

Melihat perbuatan Julabib, Rasul tersenyum. Saat Julabib menyingsingkan lengannya, rupanya Beliau saw. tahu bahwa itu adalah Julabib, seorang pemuda yang baru saja menikah tetapi belum bertemu dengan istrinya. Tetapi Rasul membiarkannya. Tatkala peperangan terjadi, Julabib maju dengan bersemangat, ia bergerak dengan lincah, hantam ke kiri dan ke kanan, hingga kudanya kelelahan. Ia pun turun dari kudanya dan terus bergerak maju dan maju. Hingga akhirnya peperangan usai.

Ketika pasukan kembali dari medan jihad, Rasulullah saw bertanya, “Di mana kekasihku Julabib?”.
Para sahabat hanya saling pandang seraya bertanya-tanya siapakah Julabib yang dimaksud Rasul?
Rasulullah mengulang kembali pertanyaannya “Di mana kekasihku Julabib?” seraya berkaca-kaca. Tiga kali pertanyaan itu diungkapkan Rasul, namun tak ada seorang pun yang tahu tentang kabar dan keberadaan Julabib.

Pasukan pun kembali ke medan jihad mencari Julabib. Rupanya Julabib telah syahid. Kemudian Rasul berjalan menuju jasad Sa’ad As-Sulami (Julabib), diletakkan kepalanya dipangkuannya dan dibersihkannya dari debu dengan kain. Lantas Rasulullah saw menangis, kemudian tersenyum, dan kemudian memalingkan wajahnya yang telah memerah. Maka ditanyakanlah, “Ya Rasulullah, tadi kami melihat engkau begini, begini, dan begini (menangis, tersenyum, lalu memalingkan wajah)?”

Beliau Rasulullah menjawab, “Aku menangis karena aku akan merindukan seorang Sa’ad As-Sulami (Julabib). Kemudian aku tersenyum karena ia sudah menggenapkan separuh agamanya (nikah), hingga aku melihat ia telah berada di tepian telaga jernih yang tepiannya terbuat dari intan & permata (surga). Lalu aku memalingkan wajah karena melihat bidadari berkumpul berlarian menghampiri Julabib, sedang gaunnya tersingkap hingga aku melihat betisnya. Aku malu melihatnya, karena bidadari itu hanya milik Julabib.”
Sang Pengantin Surga pun telah syahid.

Dan penceramah itu memberikan closing dengan pertanyaan yang sangat mengejutkan, “Bapak bapak, dan para kawula muda di sini Rasulullah memalingkan muka melihat betis para bidadari tersingkap, yang saya mau tanyakan itu, apakah kalian memalingkan atau melotot? Wassalamu’alaikum”. Seketika itu ruangan penuh dengan suara salam dan tawa para hadirin.  

#30DWC7#Day20
Sukoharjo, 25 Juli 2017
14:46 WIB

Senin, 24 Juli 2017

Setitik rindu di pulau perantauan 2


Merantaulah
Orang berilmu dan beradab tidak diam dikampung halaman, tinggalkan negrimu dan hidup asing di negri orang.
Merantaulah
Kau akan dapat ganti dari orang orang yang kau tinggalkan. Berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak setelah lelah bertahan, jika mengalir menjadi jernih, jika tidak akan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa, anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam, tentu manusia bosan padanya dan engga memandang
Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa ditempatnya (sebelum ditambang)
Kayu baharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya. Jika biji memisahkan diri, barulah ia di hargai sebagai emas murni.

Sahabat rantau
Benar nasihat imam Asy Syafi’i, masih tak menyangka manusia seperti saya yang dulu hanya tinggal di rumah dan sekolah kemudian bisa melancong ke tanah orang.

Kali ini setitik rindu akan aku berikan kepada teman rasa saudara yang berjuang bersama di kota tepian. Enam tahun kami bersama dalam satu bangku pendidikan di SMP dan SMA, dan kini kami dipersatukan lagi dalam amanah yang sangat besar.

Darinyalah aku belajar banyak hal, selalu bisa membuat suasana hidup, layaknya radio manusia satu ini tak pernah berhenti kehabisan kata, selalu ceria kalau pas ceria hehe, hanya satu ia akan diam ketika tidur, entah ngidam apa uminya ketika hamil manusia ini, dia lincah penuh energik, selalu mempunyai ide ide gila yang masuk akal.

Kami tak tau pertamanan kami ini, pertemanan macam apa, dekat sering perang batin dan hati, kalau jauh banyak kangennya. Satu nasehat yang selalu kita pegang “perteman kita ini ibarat jarum dan benang, tertusuk tusuk olehnya memang sakit tapi setelah itu kita akan kuat bersama, tidak seperti gunting yang hanya lurus- lurus saja berakhir memisahkan”

Tak hanya satu manusia unik ini, dalam rantauan aku memiliki keluarga baru, aku bisa merasa hidup seperti di rumah sendiri bersama keluarganya, dari seorang abi yang sangat tegas tapi perhatian, umi yang santun dan penyayang, adik adik yang lebih heboh seratus persen dari kakaknya.
Ini merupakan nikmat Allah, merantaulah kau akan dapat ganti orang orang yang kau tinggalkan.

Sukoharjo, 24 Juli 2017
23:08 WIB
#30DWC7#Day19

Minggu, 23 Juli 2017

Setitik rindu di pulau perantauan 1


Setelah melihat judul buku baru bang A.Fuadi ‘anak rantau’ yang berseliweran di beranda sosial media, saya jadi teringat akan diri saya, walaupun saya belum baca tapi saya sudah bisa merasakan aura dari buku ini hehe.
Sudah lima tahun terlewati, napak tilas anak rantau masih nampak jelas diingatan, ternyata saya pernah menjadi anak rantau di pulau Borneo, masih tak menyangka saya pernah pergi ke sana, itu pertama kalinya menginjakkan kaki ke tempat yang paling jauh, cita- cita selanjutnya mengelilingi Indonesia dan dunia semoga bisa terlaksana.

Kota yang dikenal dengan julukan kota tepian menjadi saksi bisu hidup saya sebagai anak rantau selama dua tahun, mungkin ini sebagai awal permulaan saya menjelajahi Indonesia walaupun pada akhirnya target  menjelajahi Indonesia saat ini hanya menjadi wacana. Pertama kali hal yang saya bayangkan di ibukota Kalimantan timur ini adalah hutan, mendengar tentang Kalimantan tetap terbayang hutan belantara dengan monyet dan buaya, ternyata ekspetasi saya salah, ini kota metropolitan layaknya Jakarta lebih ramai dari Kota Solo, banyak para perantau mengadu nasib di kota ini.

*Desa kami bernama Longpoq*
Di sinilah kisah anak rantau dimulai, tiga pasang kaki memasuki pintu gerbang hijau melewati lapangan besar dan memasuki sebuah ruangan, ruangan yang terlihat sudah mulai menua karena umur, pemilik kaki itu adalah aku, sahabatku dan ibu sahabatku, kami mendapat sambutan hangat dan berbincang- bincang cukup lama di ruangan ini, saling memperkenalkan diri satu sama lain.

Hingga tiba waktu kami berdua berpamitan kepada ibu sahabatku yang mengantar kami. Kemudian kami diantar ke kamar oleh ketua asrama di pesantren ini, sebelum sampai di kamar kami diajak mengelilingi pesantren kecil ini.

Kami melewati santriwan dan santriwati yang menatap kami, kulempar mereka dengan seyum, terlihat mereka sangat malu-malu. Jilbab putih besar menutup tubuh santriwati, satu yang membuatku sedikit menggelitik tertawa kecil, kulihat mereka sangat anggun dengan pakaiannya tapi ketika kita melihat kebawah hampir semua dari mereka tidak memakai alas kaki entah itu santriwan atau santriwati sama, padahal sekolah mereka tak berkeramik dan sepatu mereka hanya bertenger dibawah meja tempat belajar, lalu kutanya pada mereka “Hai, Asslamu’alaikum” “wa’alaikumussalam” jawab mereka malu-malu, belum saya melanjutkan untuk memperkenalakan diri, salah satu dari mereka bertanya “ini ustadzah yang mau ngajar di sini yaa?” ada perasaan berbeda ketika mereka menyebut kami ustadzah, ini julukan baru kami setelah kami menjadi santri enam tahun. “yaa, salam kenal yaa, saya ustadzah Farah” temanku dengan senang hati langsung memperkenalkan diri dan menperkenalkanku.

Saat itu juga kami semua langsung akrab dan berbagi cerita, ternyata banyak dari mereka anak pedalaman Kalimantan timur, “ohh ini ustadzah” sambil menunjuk kaki,” memang kita belum terbiasa pakai sepatu, panas, ga enak, jadi sepatunya kita taruh di kelas aja” cerita salah satu santriwati tentang sepatu yang kutanyakan. “jadi di rumah kita itu ga ada listrik ustadzah, cuman nyala dari jam 10 pagi sampai jam 8 malam” ini jawaban atas rasa penasaranku tentang kehidupan mereka di rumah. “terus gimana ada HP ga? TV? Setrika? Elektronik lainnya?” “hahaha” sontak beberapa anak tertawa “yaa ada donk ustadzah, tapi kalau mau cari sinyal HP harus naik gunung dulu, terus kalau TV ehmmm”. Ia berhenti sejenak “kalau TV yang punya cuman pak kades, kalau setrika yaa nanti kalau kita pakai setrika ga kuat us, listrik pada mati ahhaa” “Desa kita namanya Longpoq, ustadzah harus main ke rumah kita”.
Ini awal perkenalan kami dengan mereka, sangat menyenangkan, kutatap mereka dengan seksama dalam hati kuberbicara “lihatlah ini tempatku mengabdi, setahun kedapan aku akan mengabdikan diri bersama kalian di tempat ini, aku membawa nama pesantrenku, jadi aku harus memberikan yang tebaik untuk kalian semua”.
****

Sukoharjo, 23 Juli 2017
21:53 WIB
#30DWC7#Day18

Sabtu, 22 Juli 2017

Ternyata Hongkong


Siang itu matahari tampak bersemangat memamerkan sinarnya, aku dan salah satu anak didikku sebut saja Endang sedang asik menikmati angin yang berhembus di depan asrama, seperti biasa anak ini selalu menceritakan apa yang dia alami di sekolah, aku merasa lega karena dia menggangap ku seperti kakak sendiri, obrolan yang kami obralpun sangat nikmat sampai tak terasa waktu  meluncur begitu cepatnya, sebungkus es teh dan beberapa bungkus snack hasil borongan dari tempat mbah Mun habis kami santap, entah kami lapar atau doyan.

“Mbak Endanggg mandi” teriakan itu menghentikan obrolan kami. “ nahh tu sana keburu ada yang nyerobot mandi” tegurku padanya, “oke mbak lanjutin nanti lagi yaah” ia pun langsung menghilang di hadapanku. Keseharianku selain kuliah juga membina anak asrama yang rata- rata adalah anak sekolah menengah pertama, seperti salah satu adik ku yang bernama Endang tadi, anak periang yang selalu menceritakan apa yang di alaminya sampai terkadang aku merasa jenuh ketika ia sudah mulai menceritakan hal yang bahkan menurutku tak harus di ceritakan. Kulirik jam tangan sudah mau mendekati waktu ashar, anak- anak di asrama memang sudah terbiasa mandi sore sebelum shalat ashar karena setelah shalat ashar akan ada segudang acara dari asrama.

“priitttttttttt prittttttttttt” seperti biasa suara peluit aku tiupkan menandakan harus berkumpul anak- anak di halaman masjid mengikuti kegiatan mufrodat atau pemberian 3 kosa kata arab dan inggris di setiap hari senin, rabu, kamis. Aku membacakan kosa kata baru dan di ikuti oleh semua anak- anak yang sudah berbaris di hadapanku, setelah selesai kegiatan mufrodat ini setiap anak harus mengikuti ekstrakulikuler bebas sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

Tiba saatnya belajar malam aku sudah duduk bersama anak- anak yang sedang asyik dengan dunia masing- masing, “hahha hahaaaa”  kami semua menoleh menuju ke arah suara tawa yang keras itu, sudah kuduga itu suara Endang “ada apa ndang?” tanyaku heran “heheh mbak saya baru tau klo ternyata Negara Hongkong itu ada, saya kira hanya ejekan orang dari Hongkong” ia mempraktekan seperti sedang mengejek orang, bergantilah aku yang tertawa terpingkal- pingkal karena keluguan bocah asal kampung ini, ya anak ini berasal dari desa Longpok, sebuah desa di pedalaman Kalimantan timur, desa yang masih sangat alami sekali walaupun aku belum pernah menginjakkan kaki ke sana. “yaa Rabbi kamu bener ga tau kalau Hongkong itu ada?” tanyaku dengan sisa tawa yang masih sulit untuk kuhentikan.“hehehe beneran mbak, biasanya aku sering di ejek dari Hongkong ehh ternyata habis baca buku ini ternyata Hongkong itu ada” . Tawa kami meledak bersama “hhaaahhaaa”.

#30DWC7#days7

Jumat, 21 Juli 2017

~antara waktu dan rindu ~




Ada jarak dan waktu yang memisahkan kita, kau tau mengapa? Agar rindu ini masih terus bisa hidup tanpa pernah redup sedikit pun, rindu yang tak bisa di ungkapkan dengan kata, rindu yang semakin nyata kehadirannya, rindu yang semakin ada, rindu yang tak pernah tiada. 

Kata orang rindu itu indah, tapi mengapa? Ia menyiksa, menyesakkan dada, menjatuhkan butiran air mata?. Tak apa jika rinai air mata ini mampu menjadi saksi atas kerinduan ini. Ahh, aku tak tau kenapa mataku tak terkendali, seperti hujan yang turun dengan derasnya, lagi di sepertiga malam ini selalu membisikkan rinduku, hingga tangisku memecah sunyi, membasahi sajadah panjang.

Baiklah aku mengalah, walaupun waktu demi waktu telah berlalu, aku tak bisa melupakanmu begitu saja, kepingan episode yang telah kita lalui tergiang kembali, ucapan yang selalu membuatku menangis ingin kudengar lagi, benang mimpi yang belum kita rajut inginku wujudkan, bukankah kau berjanji akan menjadi penasehat ku hingga seseorang mengambil alih darimu? saat ini sejarah tak mungkin terulang, yang ada adalah kehidupan di masa kini, karena tak ada manusia yang abadi.


Walalupun aku tak tau, apakah aku bisa melalui semua ini sendiri? Untuk saat ini hanya rumpunan kata yang bisa kurangkai menjadi doa, doa agar kita bisa dipertemukan bersama dalam jannah Nya, kutitipkan rindu ini pada Nya.

Rabb ambilah kami dalam keadaan muslim, matikan kami sebagai pembela agama Mu dan hidupkan kami dengan bahagia bersama. 


Sukoharjo, 21 Juli 2017 
23:07 WIB
#30DWC7#Days16

Kamis, 20 Juli 2017

~Halalkan atau Tinggalkan ~



Manusia hidup sering dihadapkan dengan dua pilihan, pilihan itu bisa menjadi sulit jika menghadapi persoalan tersebut tidak dengan tenang. Ketika pikiran tidak tenang, segala sesuatu akan sulit dicapai. Padahal hidup adalah soal menghadapi dua pilihan, ketika kita menghadapi pilihan dengan ketegangan maka kita telah membuat pilihan yang mudah menjadi sebuah kesulitan. Tidak ada sesuatu yang sulit di muka bumi ini, segala sesuatu telah dijadikan mudah oleh Allah, butuh apapun larinya ke Allah, minta mudah larinya ke Allah, minta rezeki larinya ke Allah, minta apa saja tetap dahulukan Allah.


Kalau udah punya pilihan, dan ternyata pilihanmu belum terwujudkan berarti Allah tau itu bukan terbaik buat kamu. Tetap jangan putus asa jangan mengeluh. Keluhan hanya akan membuat diri kita tidak akan maju, untuk apa merengek menyesali sesuatu yang terjadi tetapi tidak kita jadikan pelajaran. Kamu tidak bisa membuka lembaran baru dalam hidupmu selama kau disibukkan dengan masa lalumu. Cukup sesekali tengok masa lalumu focus pada masa depanmu seperti supir yang focus memandang kaca depan bukan kaca spion. Manusia suci seperti nabi Muhammad SAW pernah khilaf melakukan kesalahan lalu Allah menegurnya langsung dalam kesalahannya, mulia sekali lelaki buta namanya dikisahkan dalam surat ‘abasa karena mendapat sedikit perlakuan buruk dari baginda Rasulullah SAW, bukan bearti kita juga mengatakan “gapapa rasul aja pernah salah” lantas kita mengulang kesalahan tersebut.


Yaa kali ini genap diusia dua puluh tiga tahun, mendapatkan dua pilihan “halalkan atau tinggalkan”. Pertama kali dengar ini pasti semua akan mengira persoalan jodoh, ya efek umur rawan pertanyaan “kapan nikah?” seperti itulah, ternyata yang dihalalkan atau tinggalkan tidak soal jodoh saja, apapun itu jika memang halal maka kau bisa memiliki tapi jika masih berstatus haram maka kau tinggalkan. Ketika disuruh milih hadiah dan kemudian menimang dua tas yang sama fungsinya dan bagusnya ternyata cukup menguras tenaga, “halalkan tinggalkan halalkan tinggalkan” begitu hingga tak terasa hampir dua jam untuk mengitari semua tas tapi tetap balik ke dua tas tadi, hingga akhirya mendapat pilihan, yeey dapat hadiah tas baru. Semoga diumur ini bisa memperbaiki kesalahan yang pernah ku perbuat dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Sukoharjo, 20 Juli 2017
23:52


#30DWC7#Days15

Rabu, 19 Juli 2017

~ Self Motivation Building ~




“Pagi pagi pagi” teriakan penuh semangat membara, “Semboyan kita” pimpin anak muda penuh luapan emosi. “fastabiqul khoirot”teriakan anggotanya tak mau kalah dengan pemimpin yang penuh emosi. Motivasi yang setiap pagi diteriakan oleh siswa siswi kami guna menularkan semangat satu sama lain, membangun motivasi pada diri itu sangat perlu bukan? ya,  karena hidup ini penuh perjuangan. Menyemangati diri itu perlu bukan? ya,  karena banyak kenyataan yang tak sesuai dengan angan. Baiklah mari membangun motivasi untuk diri.

Motivasi bisa melalui sebuah nasehat tak harus kalimat dengan teriakan yang menggebu. Dan mencari sebuah nasehat itu tak susah, seseorang yang buruk perilakunya terkadang mampu menjadi penasehat untuk temannya,  dan penerima nasehat harap mendengar dengan hati yang ksoosng. Seperti dalam sebuah hadits “lihatlah apa yang dikatakan bukan siapa yang berbicara”. Karena orang itu bisa berubah jadi jangan kau melihat siapa orang tersebut, tapi dengarkanlah nesahatnya.


Menjadi sebuah tradisi bagi saya, ketika bertemu teman dekat yang telah lama tak jumpa. Langsung  kami berbagi cerita, tertawa bersama, mengobral obrolan tanpa jeda hingga akhirnya kalimat perpisahan yang aku berikan “nasehati aku”. Sebuah nasehat apapun, nasehat itu akan membangun motivasi dalam diriku. Tak cukup berhenti disitu ternyata aku tak mau rugi hanya berhenti pada nasehatnya, kutitipkan pesan pada mereka dengan “sebut namaku dalam doamu, doakan aku menjadi orang yang kau harapkan”. Jika meminta nasehat dengan canda tawa aku akan menambah laba “kalau berdoa lima menit sisakan untukku 3 menit yaa”. Biasanya berakhir degan cubitan dipipi gempal ku.


Adalah makhluk sosial yang membutuhkan untuk berinteraksi, tak hanya kawan lama yang kurepotkan dengan titipan doa, manusia yang baru aku temui juga akan kena. Ketika kaki ini melangkah masuk ke dalam kereta lalu terdiam di depan pintu kemudian perintah berikutnya ada pada mata, tertuju pada tiga bangku kosong, ada di samping wanita tua, atau di samping gadis seusia saya, dan pilihan terakhir duduk sendiri menikmati perjalanan saja, hatiku berbisik “carilah teman berbicara”. Mata ini masih menunggu untuk memilih, dan pilihannya jatuh kepada seorang wanita tua berjilbab coklat. 


Kutaksir umur beliau sekitar setengah abad lebih sepuluh tahun terlihat dari guratan di wajahnya, tapi tangan beliau masih lincah membalas pesan pesan yang ada di smartphone miliknya. Sekarang ini siapa yang tak bisa menggunakan smartphone dengan lancar, tua muda semua bisa menggunakan hanya beberapa gelintir manusia yang tak bisa. Tapi bukan ini yang akan saya ceritakan. Self motivation building ini tujuan saya duduk di samping beliau, orang yang sudah merasakan asam garam kehidupan sudah banyak memiliki pelajaran hidup biasanya begitu. Ku buka dengan kalimat “nenek mau kemana” mengalirlah percakapan diantara kami. Saya tak salah pilih untuk duduk disamping beliau, hati berdecak kagum karenanya, ternyata umur yang ku taksir salah beliau telah berumur tujuh puluh enam yang berarti setengah abad lebih dua puluh enam tahun. Beliau sudah berkelana mengelilingi dunia, tapi beliau tak mengatakan langsung yang beliau ucapkan “nenek ini cuman main sama temen saja mbak” bagiku ini nasehat kalau beliau suka silaturahmi, “ini tadi main ke solo kasih penyuluhan kesehatan, sama ngisi kelas di kampus”, dengan usia yang sudah sangat tua itu beliau masih bisa memberikan penyuluhan dan mengajar di solo, saat itu kereta yang kami naiki menuju jogja, berarti ilmu beliau sangat luas hingga orang orang masih belajar padanya. “cucu saya juga ngaji di deresan, saya seneng sekali bisa dengar kalau dia ngaji diusia dini, saya coba ikut menghafal tapi itu berat akhirnya cuman bisa baca aja terus terusan surat yang sama” wah ini sifat tak pernah putus asa, tak bisa menghafal diusianya itu hal wajar tapi beliau tidak lantas meninggalkan masih mencoba dengan membacanya. “Bareng saya aja mbak naik motor, rumah saya diselokan mataram”. Tapi saya menolak karena kakak sudah menunggu. Ini mengejutkan nenek ini masih kuat mengendarai motor sendiri, aku memberondong berbagai macam pertanyaan dalam hati, hingga akhirnya ekspresi mukaku dijawab oleh beliau “ biar anak anak ga nenek repotin, nenek suka jalan jalan kasian kalau cuman antar jemput nenek setiap hari”. Mandiri, selagi mampu mengerjakan kenapa harus menyuruh orang lain. Ini hanya potongan rempah rengginan yang kami bicarakan, banyak kisah perjalan hidupnya yang menyenangkan tak lupa juga aku titip doa untuk belaiu kali ini aku yang memohon dan beliau langsung mengamini, sebuah perajalanan yang berkah bisa mendapat banyak pengalaman  dari seorang Prof. Dr. RA. Oetari, SU.MM.Apt.


#30DWC#Days14

Selasa, 18 Juli 2017

. ~Kau berlarilah ~



Kau berlarilah sekencang yang kau bisa, berlarilah mendekati Allah.
Kau tau ini hanya ujian kecil seperti semut yang menggigit hanya akan terasa sakit sedikit, ujian yang Allah berikan untukmu, untuk hamba yang Allah sayangi, untuk hamba yang Allah naungi, untuk hamba yang Allah cintai. Ujian yang tak akan melebihi kemampuan hamba Nya.


Kau hilangkanlah kesedihan menjadi sebuah kekuatan untuk jiwamu, sebuah kekuatan yang akan membuat bangkit, bangkit dan bangkit. Memaafkan lebih baik bukan? maafkanlah setiap perbuatan yang ia lakukan, maafkanlah setiap ucapan yang ia katakan, maafkanlah setiap janji yang ia ingkari, jika ia pergi lepaskanlah, kau akan ada seseorang yang memperjuangkan dalam doa. Tetaplah menjadi manusia berhati malaikat. Kau menangislah jika itu membuatmu lebih tenang.


Saat ini kau hanya butuh melupakan dan bangkit, tak hanya berjalan tapi berlarilah menuju bangkit. Masih banyak hari esok yang kau miliki,  jika kau telah membuat sebuah rencana  namun tak bekerja, banyak aksara yang bisa kau susun menjadi sebuah rencana lainnya.


Seharusnya kau mengerti mengapa Allah mengujimu? Allah ingin tau seberapa besar kekuatanmu dalam doa, seberapa kuat kau menangis dalam sujud kepadaNya, seberapa kuat kau mentaati perintahNya. Jika kau lalai kembaliah dengan berlari.


Bukankah selama ini Allah telah memberi segalanya mengapa engkau enggan tak menyapa Nya dalam doa.
Berlarilah kepada prasangka Nya, bukan kah selama ini Allah telah berbaik sangka, mengapa engkau tak percaya.
Berlarilah menggapai ampunan Nya, bukan kah selama ini Allah telah merahmati kita, mengapa engkau dusta.
Berlarilah menuju surge Nya. Bukan kah selama ini Allah telah membuka pintuNya, mengapa engkau menjauh.
Berlarilah menuju ridho Nya. Bukan kah selama ini Allah mendekati kita, mengapa engkau tak menyambutNya.


Kau adalah aku, aku adalah kau yang sedang menasehati diri. kau berlarilah menuju ampunan Nya.


Sukoharjo, 18 Juli 2017
selasa wage, 24 Syawal 1438 H
19:59

#30DWC7#Days13

Senin, 17 Juli 2017

. "Pribumi Ngruki" 6



Dilansir dari berbagai media kalian pasti ingat kan? Dengan penolakan ulama’ oleh ormas tertentu  yang melakukan safari da’wah beberapa waktu ini. Kali ini saya masih hanya menjadi saksi dari para founder proyek amal tanpa putus, yang bersemangat untuk dakwah muslim, hanya membutuhkan waktu beberapa hari akhirnya kami bisa mengundang seorang ulama yang sempat terboikot oleh ormas tertentu yang saya tak perlu sebutkan lagi.

Dakwah tak pernah terhenti, sore ini berjubel jubel manusia memadati jalanan kecil yang hanya cukup dimuat oleh satu mobil saja, tak heran demi apa mereka melakukan ini? apalagi kalau bukan demi cinta terhadap islam, ada rasa haru bahagia karena menyaksikkan ukhuwah islamiyah bersatu padu, inilah yang di tunggu para ulama, kajian dengan tema generasi muda kunci masa depan dunia kurasa tidak ada sama sekali hal berbau provokasi.

Sekali lagi aku hanya seperti buih di tepian pantai, yang hilang dihempas angin dan gelombang. Menyaksikkan ribuan kaum muslimin dari berbagai daerah datang mengikuti kajian tanpa lelah, lebih dari lima ribu orang di dominasi oleh remaja, terlihat semangat membara suara takbir menggema “ALLAHU AKBAR” bergetar hati yang mendengar juga merinding tak karuan. 

Terus melanghkah tanpa kenal lelah, semoga ini menjadi amal ibadah para pengembang dakwah yang berjuang demi agama Allah.

#30dwc7#days12

Minggu, 16 Juli 2017

~ pejuang tanpa pujian ~




Bukan pencitraan tapi ini yang kudapatkan dari seseorang. Jika kita amati dari segi umur bapak tua ini seharusnya sudah beristirahat di rumah bersama cucunya, tapi beliau masih dengan lincah menggerakkan tangan dan meneriaki para pengunjung berkendaraan untuk mengatur parkir di sekitar warung makan. Di akhir pergantian penjaga parkir bapak itu memberikan uang hasil parkir ke pemilik warung makan, lalu pemilik itu memberikan jatah untuk upahnya, apa yang dia lakukan? Bapak tua itu membagi uang itu menjadi dua bagian, yang pertama ia masukkan uang ke dalam saku baju depan dan uang kedua ia masukkan ke dalam kresek hitam. Padangan mataku masih tetap focus pada orang tua tersebut, tak di sangka seorang yang mungkin jauh lebih susah hidupnya dari pada aku, memasukkan uang yang ada di saku baju depan ke dalam kotak infak warung makan.


Kisah diatas satu dari sekian kisah para pejuang kebaikan. Di belahan dunia lain aku yakin masih banyak pejuang yang mempersembahkan harta, amalan, tenaga dengan ringan tanpa beban. Aku menyebut mereka dengan pejuang tanpa pujian.


Ahh lagi lagi aku dibuat berfikir oleh seseorang bapak tua, aku yang mungkin memiliki gaji lebih dan hidup jauh lebih enak dari bapak tua itu ternyata masih enggan untuk memasukkan harta tanpa beban, berpikir panjang menghitung berulang- ulang hingga akhirnya nominal yang paling kecil menjadi pilihan uttuk tenggelam dalam kotak. Apa yang kusaksikan ini menjadi sebuah cambuk untukku, masihkah kau enggan mengeluarkan untuk investasi masa depan? Investasi menjanjikan dan yang menjajikan pun tak sembarangan, langsung dari Allah yang maha penyayang.


Bagiku rasa sayang yang Allah berikan kepadaku adalah menghadirkan para pejuang amal kebaikan tanpa pujian dam imbalan disekitarku, hinga akhirnya aku mengamalkan apa yang mereka lakukan, terima kasih pejuang atas pelajaran berharga yang kau ajarkan. 


Sukoharjo, 16 Juli 2017 21:00 WIB
sabtu pahing 22 Syawal 1438 H


#30DWC7#Squad6#days11